S
|
ekolah dengan dukungan orang tua yang kuat pada program
nilai, biasanya memiliki orang tua yang berfungsi dalam peran kepemimpinan.
Strategi yang diasanya dilakukan dalam pemberdayaan pendidikan karakter oleh
keluarga yang didukung oleh sekolah sering disebut
Proyek Pengembangan Anak. Bagi
setiap sekolah yang berpartisipasi terdapat kelompok orang tua yang
merencanakan bagaimana keluarga dapat mengimplementasikan tujuan yang sama
antara guru dan orang tua di ruang kelas. Dalam sebuah survei pada Proyek Pengembangan
Anak di sekolah, kira-kira 50% orang tua mengatakan mereka melakukan perubahan
yang positif dalam hidup berkeluarga sebagai hasil partisipasi mereka di
kegiatan pameran sains keluarga. Namun sayangnya, ini merupakan pengamatan yang
dianggap biasa bahwa menjadi orang tua merupakan pekerjaan terberat di dunia
dan tidak ada pelatihannya.
Proyek Pengembangan Anak
menurut San Ramon mengatakan bahwa “Setiap dua sampai dengan tiga minggu
, para guru mengirim ke rumah pekerjaan rumah keluarga melalui anak-anak
seperti membacakan cerita pendek atau puisi secara bersamaan bersama keluarga”.
Salah satu pekerjaan rumah keluarga lainnya seperti
mengurutkan empat aturan yang harus diikuti anak di rumah, kemudian di
diskusikan dengan orang tua dan alasan di tiap aturan.
Tugas pertama seorang anak disekolah adalah untuk belajar
dan dukungan paling mendasar yang dibutuhkan sekolah dari para orang tua adalah
dukungan untuk pembelajaran tersebut. Keterlibatan orang tua dalam pembelajaran
anak-anaknya merupakan sisi terdepan dari pembaharuan sekolah saat ini.
v PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Dalam al-Quran ditemukan banyak
sekali pokok-pokok keutamaan karakter atau akhlak yang dapat digunakan untuk
membedakan perilaku seorang Muslim, seperti perintah berbuat kebaikan (ihsan)
dan kebajikan (al-birr), menepati janji (al-wafa), sabar, jujur,
takut pada Allah Swt., bersedekah di jalan Allah, berbuat adil, dan pemaaf (QS.
al-Qashash [28]: 77; QS. al-Baqarah [2]: 177; QS. al-Muminun (23): 1–11; QS.
al-Nur [24]: 37; QS. al-Furqan [25]: 35–37; QS. al-Fath [48]: 39; dan QS. Ali
‘Imran [3]: 134).
Ayat-ayat ini merupakan ketentuan yang mewajibkan pada
setiap Muslim melaksanakan nilai karakter mulia dalam berbagai aktivitasnya
Secara singkat prinsip-prinsip akhlak atau karakter dalam
rangka melakukan hubungan antar manusia (hablun minallah) dalam keluarga
bisa dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu 1) berhubungan dengan orang
tua, 2) berhubungan dengan orang yang lebih tua, 3) berhubungan dengan orang
yang lebih muda, 4) berhubungan dengan teman sebaya, 5) berhubungan dengan lawan
jenis.
- 1. Karakter dengan orang tua
Al-Quran menggambarkan penderitaan orang tua yang sangat berat ketika
melakukan pengasuhan terhadap anak-anaknya (QS. Luqman [31]: 14). Di antara
bentuk penghormatan kepada orang tua adalah:
a) Memanggil orang
tua dengan panggilan yang menunjukkan rasa hormat, seperti bapak, ayah, papa,
dan lain sebagainya
b) Berbicara dengan
orang tua dengan lemah lembut (baik bahasanya maupun suaranya)
c) tidak
mengucapkan kata-kata kasar atau kata-kata lain yang menyakitkan hati orang tua
d) Membantu kedua
orang tua secara fisik dan material
e) Selalu mendoakan
kedua orang tua
- 2. Karakter dengan orang yang lebih tua
Dalam rangka pembinaan hubungan baik (berkarakter) dengan orang yang lebih tua,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, di antaranya adalah: 1) Jika orang-orang
yang lebih tua itu adalah saudara kita, maka kita harus memberikan penghormatan
yang sebaik-baiknya menaati perintahnya (yang tidak melanggar ajaran agama),
membantunya, menjenguknya jika sakit, dan sebagainya; 2) Jika orang-orang yang
lebih tua itu bukan saudara kita, maka kita tetap harus menghormatinya.
- 3. Karakter dengan orang yang lebih muda
Yang harus kita lakukan dalam rangka berhubungan dengan orang-orang yang
lebih muda adalah sebagai berikut:
1. Jika mereka itu saudara kita, maka kita harus memberikan kasih sayang kita
yang sepenuhnya dengan ikut merawatnya, membimbingnya, mendidiknya, dan
membantunya jika mereka membutuhkan bantuan kita. Tentu saja apa yang kita
lakukan ini dalam rangka membantu orang tua dalam mengasuh dan membesarkan
mereka
2. Jika mereka bukan saudara kita, kita
tetap harus menyayangi mereka dengan menunjukkan kasih sayang kita kepada
mereka. Jangan sekali-kali kita menyakiti mereka dan melakukan sesuatu yang
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan mereka, baik dari segi fisik maupun
mental atau kejiwaan mereka.
- 4. Karakter dengan teman sebaya
Teman sebaya adalah orang-orang yang memiliki usia yang hampir sama dengan usia
kita dan menjadi teman atau sahabat kita. Kepada mereka ini kita harus dapat bergaul
dengan sebaik-baiknya. Mereka ini adalah orang-orang yang sehari-harinya bergaul
dengan kita dan menemani kita baik di kala suka maupun di kala duka.
Hal-hal yang dapat
kita lakukan dalam rangka berhubungan dengan teman sebaya
di antaranya
adalah:
1. Saling memberi salam setiap bertemu dan berpisah dengan mereka dan
dilanjutkan saling berjabat tangan, kecuali jika mereka itu lawan jenis kita.
Kepada yang lain jenis tidak diperbolehkan berjabat tangan, kecuali terhadap mahram
(orang yang merupakan kerabat dekat)-nya
2. Saling menyambung tali silaturrahim dengan merekadengan mempererat
persahabatan dengan mereka
3. Saling memahami kelebihan dan
kekurangan serta kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga segala macam
bentuk kesalahfahaman dapat dihindari
4. Saling tolong-menolong. Yang kuat menolong yang lemah dan yang memiliki
kelebihan menolong yang memiliki kekurangan
5.
Bersikap rendah hati dan tidak boleh bersikap sombong kepada temanteman sebaya
kita
6. Saling mengasihi dengan mereka, sehingga terhindar dari permusuhan yang
dapat menghancurkan hubungan persahabatan di antara teman yang seumur
7. Memberi perhatian terhadap keadaan mereka, apalagi jika mereka benar-benar
berada dalam kondisi yang memprihatinkan
8.
Selalu membantu keperluan mereka, apalagi jika mereka meminta kita untuk
membantu
9.
Ikut menjaga mereka dari gangguan orang lain
10. Saling memberi nasihat dengan kebaikan dan kesabaran
- 5. Karakter dengan lawan jenis
Karakter
yang harus kita bangun dalam rangka berhubungan dengan orang-orang yang menjadi
lawan jenis kita adalah: 1) Tidak melakukan khalwat, 2) Tidak boleh menampakkan aurat di hadapan
lawan jenisnya dan juga tidak boleh saling melihat aurat satu sama lain
Untuk melengkapi uraian ini perlu dicermati
nasihat-nasihat al-Ghazali dalam rangka pendidikan karakter anak. Al-Ghazali memberi
nasihat dengan empat hal, yaitu:
- 1. Hendaknya anak-anak dibiasakan dengan karakter yang terpuji dan perbuatan yang baik serta dijauhkan dari perbuatan yang buruk dan rendah. Hendaklah ditanamkan dalam diri anak-anak tersebut sifat-sifat pemberani, sabar, dan rendah hati, menghormati teman dan orang yang lebih tua, sedikit bicara, suka mendengarkan hal-hal yang baik, taat kepada kedua orang tua dan kepada guru serta pendidikannya. Di samping itu, hendaklah diajarkan pada anak-anak agar menjauhi perkataan yang tak berguna dan kotor, congkak terhadap teman-teman mereka, atau melakukan suatu perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh kedua orang tua.
- 2. Hendaknya karakter baik dan perbuatan yang baik anak didorong untuk berkembang dan ia selalu dimotivasi untuk berani berbuat baik dan berkarakter mulia. Dalam hubungan ini al-Ghazali menegaskan, bila dalam diri anak itu nampak jelas karakter dan perbuatan terpuji, maka hendaklah ia dipuji dan diberi hadiah (rewards) yang menyenangkannya serta disanjung.
- 3. Hendaknya jangan mencela anak dan hendaknya membuat jera berbuat kesalahan (dosa). Al-Ghazali menegaskan, jangan banyak berbicara terhadap anak dengan umpatan dan celaan pada sekali waktu, karena itu akan menyebabkan ia meremehkan bila mendengar celaan dan menganggap remeh perbuatan buruk yang dilakukannya serta menyebabkan hatinya kebal terhadap ucapan atau meremehkannya, akan tetapi hendaknya orang tua menjaga wibawanya dalam berbicara dengannya dan janganlah sekali-kali mengahardiknya.
- 4. Kepada anak-anak yang sudah dewasa (baligh) hendaknya diajarkan hukum-hukum syariah dan masalah-masalah keagamaan. Jangan sekali-kali orang tua atau pendidik mentolelir anak meninggalkan shalat dan bersuci. Jika anak semakin dewasa, maka ia harus diberikan pendidikan tentang rahasia syariah atau hikmah dari ajaran-ajaran agama yang diberikan kepadanya
v POTENSI KEBERHASILAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN HOLISTIK BERBASIS KAREKTER
Kihajar Dewantara (2004) menjelaskan arti penting
keluarga dalam membantu perkembangan anak karena anak masih belum memiliki budi
pekerti tertentu, belum memiliki jiwa yang tetap, dan masih bersifat global.
Anak masih mudah menerima pengeruh dari linkungan yang akan membentuk dasar
perkembangan mereka. Perkembangan anak secara utuh (holistik) mencakup dimensi
sosial, emosional, bahasa dan kognitif, fisik serta kreatifitas. Shocib (1998)
menjelaskan bahwa pola asuh dalam keluarga dua tugas pokok , yaitu
mengembangkan karakter dan kompetensi anak. Pendidikan anak usia dini harus
dilakukan secara holistik. Stimulasi yang diberikan oleh keluarga terhadap anak
bertujuan mempercepat atau meningkatkan perkembangannya secara akuratberbentuk
stimulasi auditif, visual, maupun taktil (Baumrind, 1996).
Hasil
penelitian menunjunjukan bahwa keluarga berpotensi mengembangkan karakter anak
melaluiikatan emosi yang kuat antara orang tua dan anak, prinsip ornag tua yang
menentukan apresiasi anak dalam nilai disiplin diri yang ditanamkan. Pada pihak
lain ditemukan sebesar 80% keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh
EQ (Emosional Quotient) dan hanya 20%
ditentukan faktor lain termasuk IQ (Intellegence
Quotient). Prinsip-prinsip pengasuhan tersebut
meliputi: keteladanan diri, kebersamaan dengan anak dalam merealisasikan nilai
moral, sikap demokratis dan terbuka dalam kehidupan keluarga, kemampuan
menghayati kehidupan anak dan kesatuan kata dalam tindakan (Sugito, 2007).
Tingkat intensitas penggunaan prinsip pengasuhan orangtua akan menghasilkan
tingkat kepercayaan dan kewibawaan yang akan menghasilkan apresiasi nilai
disiplin diri yang berbeda pula.
Deskripsi ini mengarahkan pada suatu hipotesis bahwa
potensi keluarga dalam bentuk perilaku pengasuhan orangtua, memiliki pengaruh
yang kuat terhadap intensitas perkembangan anak secara holistik berbasis
karakter. Potensi keluarga terkendala oleh beberapa unsur antara lain:
1.
faktor
sosial ekonomi
2.
faktor
sosial budaya
3.
dalam
pelaksanaan pendidikan keluarga melibatkan unsur lain dari keluarga inti dan
keluarga batih, mereka ditunjuk keluarga untuk menggantikan posisi orang tua,
misalnya pembantu rumah tangga, tetangga.
Pada pihak US
Departement Health and Human Services (2001) menjelaskan ciri dari
keberhasilan pengembangan karakter anak yang dipengaruhi oleh kematangan sosial
emosi dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. memiliki rasa percaya diri (confidence)
b. rasa ingin tahu (curiosity)
c. kemampuan kontrol diri (self-control)
d. kemampuan bekerja sama (cooperation)
e. mudah bergaul dengan sesamanya
f. mampu berkonsentrasi
g. rasa empati
h. kemampuan berkomunikasi
i.
memiliki motivasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar