Anak
kecil yang terlambat berjalan itu berlari kesana kemari bersama kambing
peliharaanya di tengah rintik hujan. Ia berlari dengan penuh kekhawatiran
sambil menarik tali tambang pengikat leher indukan dan tangan satu lagi
digunakan untuk menggendong anak kambing yang masih menyusu. Dengan dipenuhi
rasa iba ia terus berlari dan berteduh di tepi sudut suatu rumah yang pintunya
tertutup rapat. Ya, tentu cuaca redup di siang hari itu membuat penghuni rumah
enggan ke luar rumah, meskipun untuk sekedar menengok peternak kecil bersama
beberapa ekor ternaknya. Lucu sekali anak itu, terus tersenyum memandang hewan
ternaknya.
***
Dek Mi, begitu sebutan akrab
bagi yang mengenalnya. Hidupnya bahagia meski kadang kala tersakiti oleh
keluarganya. Namun bagi Dek Mi, itu bukanlah masalah besar. Di desa, ia begitu
amat disayangi oleh tetangga dan sanak saudaranya. Jika terjadi sesuatu yang
membuatnya menangis, tak jarang orang yang dengan senang hati menghibur
kesedihannya.
“Dek Mi tinggal kalih simbok wae ten omahe simbok timbangane simbokmu nesu-nesu wae. Owalah melase
cah cilik ayu koyo ngene ko nelongso men” ujar ibu paruh baya di
desanya.