reading book

reading book

Selasa, 28 Juni 2016

Baktimu Guru


Hari ini kami berdiri di sini
Membuka jendela waktu
Baktimu guru menjauh di pedalaman
Kau sambut jalaran pertiwi
Hutan belantara kau jejaki
Kau redai ranjau berduri
Lautan bergelombang kau arungi

Hari ini kami masih di sini
Kembali menyanyikan lagu dulu dulu
Membilang jalur jalur pelangi
Mengulang kata kata sakti
Bersedia di bawah payung paduka
Kibaran jaur kemilang panji panji diraja

Hari ini masih segar dalam ingatan
Kau mengungsi di daerah asing ini
Hembusan ikrarmu
Menyelinap ke lubuk hati

Hari ini daripada kami
Terimalah sebuah bingkisan
Tanda ingatan kami pahatkan
Jasamu guru di dada waktu

STRATEGI PEMBERDAYAAN KELUARGA BAGI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK

S
ekolah dengan dukungan orang tua yang kuat pada program nilai, biasanya memiliki orang tua yang berfungsi dalam peran kepemimpinan. Strategi yang diasanya dilakukan dalam pemberdayaan pendidikan karakter oleh keluarga yang didukung oleh sekolah sering disebut 

Proyek Pengembangan Anak. Bagi setiap sekolah yang berpartisipasi terdapat kelompok orang tua yang merencanakan bagaimana keluarga dapat mengimplementasikan tujuan yang sama antara guru dan orang tua di ruang kelas. Dalam sebuah survei pada Proyek Pengembangan Anak di sekolah, kira-kira 50% orang tua mengatakan mereka melakukan perubahan yang positif dalam hidup berkeluarga sebagai hasil partisipasi mereka di kegiatan pameran sains keluarga. Namun sayangnya, ini merupakan pengamatan yang dianggap biasa bahwa menjadi orang tua merupakan pekerjaan terberat di dunia dan tidak ada pelatihannya.

Proyek Pengembangan Anak  menurut San Ramon mengatakan bahwa “Setiap dua sampai dengan tiga minggu , para guru mengirim ke rumah pekerjaan rumah keluarga melalui anak-anak seperti membacakan cerita pendek atau puisi secara bersamaan bersama keluarga”.
Salah satu pekerjaan rumah keluarga lainnya seperti mengurutkan empat aturan yang harus diikuti anak di rumah, kemudian di diskusikan dengan orang tua dan alasan di tiap aturan.
Tugas pertama seorang anak disekolah adalah untuk belajar dan dukungan paling mendasar yang dibutuhkan sekolah dari para orang tua adalah dukungan untuk pembelajaran tersebut. Keterlibatan orang tua dalam pembelajaran anak-anaknya merupakan sisi terdepan dari pembaharuan sekolah saat ini.

v  PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Dalam al-Quran ditemukan banyak sekali pokok-pokok keutamaan karakter atau akhlak yang dapat digunakan untuk membedakan perilaku seorang Muslim, seperti perintah berbuat kebaikan (ihsan) dan kebajikan (al-birr), menepati janji (al-wafa), sabar, jujur, takut pada Allah Swt., bersedekah di jalan Allah, berbuat adil, dan pemaaf (QS. al-Qashash [28]: 77; QS. al-Baqarah [2]: 177; QS. al-Muminun (23): 1–11; QS. al-Nur [24]: 37; QS. al-Furqan [25]: 35–37; QS. al-Fath [48]: 39; dan QS. Ali ‘Imran [3]: 134).
Ayat-ayat ini merupakan ketentuan yang mewajibkan pada setiap Muslim melaksanakan nilai karakter mulia dalam berbagai aktivitasnya

Secara singkat prinsip-prinsip akhlak atau karakter dalam rangka melakukan hubungan antar manusia (hablun minallah) dalam keluarga bisa dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu 1) berhubungan dengan orang tua, 2) berhubungan dengan orang yang lebih tua, 3) berhubungan dengan orang yang lebih muda, 4) berhubungan dengan teman sebaya, 5) berhubungan dengan lawan jenis.

  1. 1.      Karakter dengan orang tua

Al-Quran menggambarkan penderitaan orang tua yang sangat berat ketika melakukan pengasuhan terhadap anak-anaknya (QS. Luqman [31]: 14). Di antara bentuk penghormatan kepada orang tua adalah:
a) Memanggil orang tua dengan panggilan yang menunjukkan rasa hormat, seperti bapak, ayah, papa, dan lain sebagainya
b) Berbicara dengan orang tua dengan lemah lembut (baik bahasanya maupun suaranya)
c) tidak mengucapkan kata-kata kasar atau kata-kata lain yang menyakitkan hati orang tua
d) Membantu kedua orang tua secara fisik dan material
e) Selalu mendoakan kedua orang tua

  1. 2.      Karakter dengan orang yang lebih tua

Dalam rangka pembinaan hubungan baik (berkarakter) dengan orang yang lebih tua, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, di antaranya adalah: 1) Jika orang-orang yang lebih tua itu adalah saudara kita, maka kita harus memberikan penghormatan yang sebaik-baiknya menaati perintahnya (yang tidak melanggar ajaran agama), membantunya, menjenguknya jika sakit, dan sebagainya; 2) Jika orang-orang yang lebih tua itu bukan saudara kita, maka kita tetap harus menghormatinya.

  1. 3.      Karakter dengan orang yang lebih muda

Yang harus kita lakukan dalam rangka berhubungan dengan orang-orang yang lebih  muda adalah sebagai berikut:
1.  Jika mereka itu saudara kita, maka kita harus memberikan kasih sayang kita yang sepenuhnya dengan ikut merawatnya, membimbingnya, mendidiknya, dan membantunya jika mereka membutuhkan bantuan kita. Tentu saja apa yang kita lakukan ini dalam rangka membantu orang tua dalam mengasuh dan membesarkan mereka
2.     Jika mereka bukan saudara kita, kita tetap harus menyayangi mereka dengan menunjukkan kasih sayang kita kepada mereka. Jangan sekali-kali kita menyakiti mereka dan melakukan sesuatu yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan mereka, baik dari segi fisik maupun mental atau kejiwaan mereka.

  1. 4.      Karakter dengan teman sebaya

Teman sebaya adalah orang-orang yang memiliki usia yang hampir sama dengan usia kita dan menjadi teman atau sahabat kita. Kepada mereka ini kita harus dapat bergaul dengan sebaik-baiknya. Mereka ini adalah orang-orang yang sehari-harinya bergaul dengan kita dan menemani kita baik di kala suka maupun di kala duka.

Hal-hal yang dapat kita lakukan dalam rangka berhubungan dengan teman sebaya
di antaranya adalah:
1.   Saling memberi salam setiap bertemu dan berpisah dengan mereka dan dilanjutkan saling berjabat tangan, kecuali jika mereka itu lawan jenis kita. Kepada yang lain jenis tidak diperbolehkan berjabat tangan, kecuali terhadap mahram (orang yang merupakan kerabat dekat)-nya
2.  Saling menyambung tali silaturrahim dengan merekadengan mempererat persahabatan dengan mereka
3.  Saling memahami kelebihan dan kekurangan serta kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga segala macam bentuk kesalahfahaman dapat dihindari
4.    Saling tolong-menolong. Yang kuat menolong yang lemah dan yang memiliki kelebihan menolong yang memiliki kekurangan
5.      Bersikap rendah hati dan tidak boleh bersikap sombong kepada temanteman sebaya kita
6. Saling mengasihi dengan mereka, sehingga terhindar dari permusuhan yang dapat menghancurkan hubungan persahabatan di antara teman yang seumur
7.  Memberi perhatian terhadap keadaan mereka, apalagi jika mereka benar-benar berada dalam kondisi yang memprihatinkan
8.      Selalu membantu keperluan mereka, apalagi jika mereka meminta kita untuk membantu
9.      Ikut menjaga mereka dari gangguan orang lain
10.  Saling memberi nasihat dengan kebaikan dan kesabaran

  1. 5.      Karakter dengan lawan jenis

Karakter yang harus kita bangun dalam rangka berhubungan dengan orang-orang yang menjadi lawan jenis kita adalah: 1) Tidak melakukan khalwat, 2) Tidak boleh menampakkan aurat di hadapan lawan jenisnya dan juga tidak boleh saling melihat aurat satu sama lain

Untuk melengkapi uraian ini perlu dicermati nasihat-nasihat al-Ghazali dalam rangka pendidikan karakter anak. Al-Ghazali memberi nasihat dengan empat hal, yaitu:
  1. 1.    Hendaknya anak-anak dibiasakan dengan karakter yang terpuji dan perbuatan yang baik serta dijauhkan dari perbuatan yang buruk dan rendah. Hendaklah ditanamkan dalam diri anak-anak tersebut sifat-sifat pemberani, sabar, dan rendah hati, menghormati teman dan orang yang lebih tua, sedikit bicara, suka mendengarkan hal-hal yang baik, taat kepada kedua orang tua dan kepada guru serta pendidikannya. Di samping itu, hendaklah diajarkan pada anak-anak agar menjauhi perkataan yang tak berguna dan kotor, congkak terhadap teman-teman mereka, atau melakukan suatu perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh kedua orang tua.
  2. 2.   Hendaknya karakter baik dan perbuatan yang baik anak didorong untuk berkembang dan ia selalu dimotivasi untuk berani berbuat baik dan berkarakter mulia. Dalam hubungan ini al-Ghazali menegaskan, bila dalam diri anak itu nampak jelas karakter dan perbuatan terpuji, maka hendaklah ia dipuji dan diberi hadiah (rewards) yang menyenangkannya serta disanjung.
  3. 3.    Hendaknya jangan mencela anak dan hendaknya membuat jera berbuat kesalahan (dosa). Al-Ghazali menegaskan, jangan banyak berbicara terhadap anak dengan umpatan dan celaan pada sekali waktu, karena itu akan menyebabkan ia meremehkan bila mendengar celaan dan menganggap remeh perbuatan buruk yang dilakukannya serta menyebabkan hatinya kebal terhadap ucapan atau meremehkannya, akan tetapi hendaknya orang tua menjaga wibawanya dalam berbicara dengannya dan janganlah sekali-kali mengahardiknya.
  4. 4.     Kepada anak-anak yang sudah dewasa (baligh) hendaknya diajarkan hukum-hukum syariah dan masalah-masalah keagamaan. Jangan sekali-kali orang tua atau pendidik mentolelir anak meninggalkan shalat dan bersuci. Jika anak semakin dewasa, maka ia harus diberikan pendidikan tentang rahasia syariah atau hikmah dari ajaran-ajaran agama yang diberikan kepadanya

  
v  POTENSI KEBERHASILAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN HOLISTIK BERBASIS KAREKTER
Kihajar Dewantara (2004) menjelaskan arti penting keluarga dalam membantu perkembangan anak karena anak masih belum memiliki budi pekerti tertentu, belum memiliki jiwa yang tetap, dan masih bersifat global. Anak masih mudah menerima pengeruh dari linkungan yang akan membentuk dasar perkembangan mereka. Perkembangan anak secara utuh (holistik) mencakup dimensi sosial, emosional, bahasa dan kognitif, fisik serta kreatifitas. Shocib (1998) menjelaskan bahwa pola asuh dalam keluarga dua tugas pokok , yaitu mengembangkan karakter dan kompetensi anak. Pendidikan anak usia dini harus dilakukan secara holistik. Stimulasi yang diberikan oleh keluarga terhadap anak bertujuan mempercepat atau meningkatkan perkembangannya secara akuratberbentuk stimulasi auditif, visual, maupun taktil (Baumrind, 1996).

            Hasil penelitian menunjunjukan bahwa keluarga berpotensi mengembangkan karakter anak melaluiikatan emosi yang kuat antara orang tua dan anak, prinsip ornag tua yang menentukan apresiasi anak dalam nilai disiplin diri yang ditanamkan. Pada pihak lain ditemukan sebesar 80% keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh EQ (Emosional Quotient) dan hanya 20% ditentukan faktor lain termasuk IQ (Intellegence Quotient). Prinsip-prinsip pengasuhan tersebut meliputi: keteladanan diri, kebersamaan dengan anak dalam merealisasikan nilai moral, sikap demokratis dan terbuka dalam kehidupan keluarga, kemampuan menghayati kehidupan anak dan kesatuan kata dalam tindakan (Sugito, 2007). Tingkat intensitas penggunaan prinsip pengasuhan orangtua akan menghasilkan tingkat kepercayaan dan kewibawaan yang akan menghasilkan apresiasi nilai disiplin diri yang berbeda pula.
Deskripsi ini mengarahkan pada suatu hipotesis bahwa potensi keluarga dalam bentuk perilaku pengasuhan orangtua, memiliki pengaruh yang kuat terhadap intensitas perkembangan anak secara holistik berbasis karakter. Potensi keluarga terkendala oleh beberapa unsur antara lain:
1.      faktor sosial ekonomi
2.      faktor sosial budaya
3.      dalam pelaksanaan pendidikan keluarga melibatkan unsur lain dari keluarga inti dan keluarga batih, mereka ditunjuk keluarga untuk menggantikan posisi orang tua, misalnya pembantu rumah tangga, tetangga.
Pada pihak US Departement Health and Human Services (2001) menjelaskan ciri dari keberhasilan pengembangan karakter anak yang dipengaruhi oleh kematangan sosial emosi dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a.       memiliki rasa percaya diri (confidence)
b.      rasa ingin tahu (curiosity)
c.       kemampuan kontrol diri (self-control)
d.      kemampuan bekerja sama (cooperation)
e.       mudah bergaul dengan sesamanya
f.       mampu berkonsentrasi
g.      rasa empati
h.      kemampuan berkomunikasi

i.        memiliki motivasi. 

MEMBANGUN KEMITRAAN SEKOLAH DAN ORANG TUA DALAM KARAKTER ANAK

pendidikan-karakter-keluarga-sekolah
Keberhasilan jangka panjang akan pendidikan nilai-nilai yang baru bergantung pada kekuatan diluar sekolah pada taraf ketika keluarga dan komunitas bergabung dengan sekolah dalam usaha bersama unutk memenuhi kebutuhan akan anak-anak dan membantu perkembangan kesehatan mereka. Pada saat banyak masalah moral, krisis dalam keluaraga adalah masalah yang paling serius dalam keluaraga.

Bagaimana kita mendukung dan memperkuat  keluarga dalam peran yang menghormati waktu sebagai pemberi perhatian dan guru  moral pada anak-anak . para orang tua  memerlukan informasi dan citra yang berkaitan dengan semua cara dimana mereka dapat mempengaruhi kesehatan, kebahagiaan, rasa percaya diri, dan karakter pada anak mereka.
Departemen instruksi public meluncurkan kampanye nasional diseluruh Negara tahun 1987 yang disebut sebagai Tahun Pendidikan Keluarga.

Orang tua sebagai guru yang sukarela dan bersedia tanpa biaya atau tanpa batas melakukan program kampanye seperti tiap bulan pendidik melakukan kunjungan kepada orang tua untuk memberikan tugas ringan untuk dilakukan anak-anak seperti bermain puzzle. Orang tua mengamati anak bermain dan membantu mereka untuk belajar. Selain itu,  program kampanye melakukan pertemuan sharing antar orang tua anak dengan orang tua anak sebayanyaa.
Adapun tujuan dari kemitraan sekolah ini diantarnya:
1.    Mendidik para guru tentang peranan mereka dalam mempromosikan keterlibatan orang tua secara lebih besar
2. Berbagi informasi dengan sekolah mengenai bagaimana mereka dapat meningkatkan komunikasi antara rumah dan sekolah
3. Mendapatka informasi secara langsung dri orang tua mengenai peran mereka dalam pendidikan anak mereka.
Disamping usaha yang disebar luaskan untuk membantu orang tua dan anak, banyak hal yang dapat dilakukan sekolah untuk merekrut orang tua sebagai partner baik tugas khusus maupun mengembangkan nilai moral dan karakter yang baik. Tantangan ini terdiri dari 2 hal, yakni:
  1. 1.      Mendorong dan membantu orang tua untukmelaksanakn peran mereka sebagai pendidik utama moral anak dan
  2. 2.      Membuat orang tua mendukung ssekolah dalam usahanya untuk mengerjakan moral positif .

Dari kemitraan sekolah dan orang tua, diperoleh urutan  10 nilai karakter anak yang akan dikembangkan diantaranya:
1. Menjadi percaya diri
2. Menjadi bertanggung jawab dan dapat diandalkan
3. Menjadi ingin tahu dan ingin belajar
4. Manjadi diri sendiri dan mampu mengarahkan diri sendiri
5. Mampu berkerja sama dengan temannya
6. Menjadi sensitif dengan orang lain
7. Menjadi baik dan penuh perhatian
8. Menjadi pekerja keras
9. Mendapatkan nilai yang baik
10. Menjadi ramah dan bertempramen baik

Memberikan komunitas untuk kebutuhan bangsa

Bagaimana kemitraan sekolah dan orang tua serta komunitas  dapat berkerjasama menciptakan keluarga karakter dapat diuraikan melalui beberapa peran sekolah dan orang tua diantaranya sebagai berikut:
  1. Sebuah kampanye nasional yang menyoroti semua cara dimana orang tua adalah agen penting  bagi anak-anak
  2. Kebijakan pemerintah, seperti cuti orang tua yang mendukung ikatan antara ornag tua dan kehidupan keluarga
  3. Menyajikan survei nilai dari ornag tua untuk mengidentifikasi kualitas karakter yang mereka ingin kembangkan dalam anak mereka
  4. Mengadakan loka karya berbasis sekolah bagi keahlian menjadi orang tua (mengajarkan orang tua begaimana membantu anak meraka melakukan lebih baik dari sekedar yang dilakukan di sekolah)
  5. Adanya materi pembahasan nilai berbasis rumah, diberikan pada orang tua yang membangun pelajaran di kelas
  6. Sekolah membantu jaringan orang tua untuk membahas urusan-urusan umum

STRATEGI MENDIDIK ANAK BERKARAKTER DI KELUARGA

A.   STRATEGI MENDIDIK ANAK BERKARAKTER DI KELUARGA

Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antar anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik seperti makan, minum dan lain-lain, serta kebutuhan psikologis  seperti rasa aman, kasih sayang dan lain-lain, serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya.
Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak-anak dalam rangka pendidikan karakter anak.
Jenis pola asuh menurut Hurlock juga Hardy dan Heyes terdiri dari 3 strategi diantaranya:

  • Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang cenderung memebatasi perilaku kasih sayang, sentuhan, dan pelekatan emosi orang tua dan anak sehingga antara orang tua dan anak seakan memiliki dinding pembatas. Keterkaitan antara faktor keluarga dan sikap kenakalan keluarga, dimana keluarga yang broken home kurangnya kebersamaan dan interaksi antar keluarga dan orang tua yang otoriter cenderung menghasilkan remaja yang bermasalah yang berpengaruh terhadap karakter anak. Pola asuh otoriter mempunyai ciri orang tua membuat semua keputusan, anak harus tunduk, patuh, dan tidak boleh bertanya. Adapun pola asuh otoriter mempunyai ciri lain diantaranya:
a)      Kekuasaan orangtua dominan
b)      Anak tidak diakui sebagai pribadi
c)      Control terhadap tingkah laku anak sangat ketat
d)     Orang tua menghukum anak jika anak tidak patuh
  • Pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis merupakan pola asu yang tampak lebih kondusif dalam pendidikan karakater anak. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Baumrind yang menunjukan bahwa orang tua yang demokratis lebih mendukung perkembangan anak terutama dalam kemandirian dan tanggung jawab serta mengungkapkan agresifitasnya dalam tindakan-tindakan yang konstruktif atau dalam bentuk kebencian yang sifatnya sementara saja.
Pola asuh demokratis mempunyai ciri orang tua mendorong anak untuk membicarakan apa yang ia inginkan. Adapun cirri-ciri lainnya dari Pola asuh demokratis diantaranya:
a)      Ada kerjasama antara orang tua dan anak
b)      Anak diakui sebagai pribadi
c)      Ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua
d)     Ada control dari orang tua yang tidak kaku
  • Pola asuh permisif

Pola asuh permisif merupakan pola asuh yang cenderung memberi kebebasan terhadap anak untuk berbuat apa saja, sangat tidak kondusif bagi pembentukan karakter anak. Dengan memberi kebebasan yang berlebihan, apalagi terkesan memebiarkan , akan membuat anak bingung dan berpotensi salah arah.
Pola asuh permesif mempunyai ciri orang tua memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat. Selanjutnya pola asuh permisif mempunyai ciri diantaranya:
a)      Dominasi pada anak
b)      Sikap longgar atau kebebasan dari orang tua
c)      Tidak ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua
d)     kontrol  dan perhatian dari orang tua sangat kurang

Hasil penelitain menunjukan bahwa pola asuh orang tua yang demokratis membuat anak merasa disayang, dilindungi , dianggap berharga, dan diberi dukungan oleh orang tuanya.pola asuh ini ssangat kondusif mendukung pembentukan kepribadian yang pro social, percaya diri, dan mandiri namun sangat peduli dengan lingkunngannya.

Adapun akibat dari kesalahan orang tua dalam mendidik anak diantaranya membuat pembentukan karakter anak sebagai berikut:
1.  kurang menunjukan ekspresi kasih sayang baik secara verbal misalnya menyindir, mengecilkan anak, dan berkata kasar.
2.  Bersikap kasar secara fisik misalkan memukul,mencubit, dan memberikan hukuman badan lainnya.
3.  Secara emosional tidak responsive, dimana anak yang ditolak akan tidak mampu memberikan cinta kepada orang lain
4.      Menjadi minder dan merasa diri tidak berharga dan berguna.
5.    Selalu berpandangan negative seperti tidak aman, khawatir, curiga dengan orang lain serta tidak tolerandan mudah tersinggung oleh orang lain.
6.  Dampak negative lainnya dapat berupa mogok belajar, dan bahkan dapat memicu kenakalan lainnya.

Mengatasi Rasa Malu di Awal Mengajar

Ada yang tahu gimana rasanya jadi guru baru?
Guru adalah jembatan ilmu. JEMBATAN berarti harus siap diinjak dong ya....hehehe Bercanda kok...
Kalau menjalani tantangan baru, kita harus bisa fokus sama peluang (manfaat), BUKAN resiko dari tantangan tersebut. Ingat... Fokus kepada PELUANG.
Mungkin dari kalian ada yang sudah pernah mengalami rasanya jadi guru baru, atau masih ingat rasanya jadi guru baru, dan atau sekarang ini sedang mengalami jadi guru baru?
Bagaimana rasanya diinjak? Pasti sakit dong ya, dicaci maki sana sini karena modal pengalaman mengajar belum punya, kondisi diri yang masih belum bisa adaptasi dengan lingkungan, selalu punya rasa salah setiap melangkah padahal kita tahu yang kita lakukan sebetulnya sudah benar. Tapi entah kenapa rasanya merantau ke sekolah seperti dihantui bayangan hitam. Dingin dan kelam di sudut ruangan.
Tapi tahukan kamu, itu hanya karena kamu BAPER. Ibarat sedang perform sih kamu belum sepenuhnya menguasai panggung.

“yang nulis artikel kok sok tahu banget sih.....” (>,<)

Bukannya sok tahu teman, karena saya sendiri merasakan tahun pertama mengajar rasanya extream banget. Ketika pertama masuk ke dalam kelas, semua anak hening, si siswa hanya memandang ke depan, sedangkan guru di depan yang menyapa mereka abaikan. Tetap hening. Padahal lihatlah...
Berpuluh pasang mata di luar kelas sedang mengawasi, memperhatikan dan entah bertanya atau berkomentar.

“kok gurunya kaku banget sih”.

Berawal dari rasa percaya diri yang tinggi, berharap mendapat sambutan yang hangat dan bisa langsung menguasai kelas tapi ternyata semuanya nihil karena hanya terbalas dengan kedipan mata anak-anak tak berdosa.

“ini artikel banyak banget prolognya, tapi ga ngasih tau cara nanganinnya”
Nih saya share deh tips untuk mengatasi rasa BAPER di tahun pertama ngajar....
1.   1. Niat. Lho kok niat? Iya, karena niat adalah kunci penggerak hati yang akan menentukan kamu mau bertahan atau tidak. Kalau niatnya sekedar coba-coba sih, paling kena badai dikit langsung ikut terbang keluar angkasa.

2. Yakin. Kita bukan memberikan ilmu di sana, tapi YAKIN-i bahwa kita akan menemukan ilmu-ilmu baru sehingga nantinya pengalaman mengajar yang kita jalani bisa terasa manfaatnya.
Ingat... “PENGALAMAN ADALAH GURU TERBAIK”
Bukan seberapa dalam modal ilmu yang kamu bawa ke sana, tapi seberapa banyak ilmu yang akan kamu gondol ketika kamu keluar dari sana.

3. Duduk manis dan dengarkan. Ini tahap awal beradaptasi dengan teman. Tidak masalah diawal kamu terlihat seperti orang yang kikuk, ga asik, cengo’ atau istilah lainnya. Perlahan, amati gaya bahasa dan sikap mereka. Fokus, lihat mana yang mendekati dengan kepribadianmu maka dialah yang menjadi teman pertamamu.
Mulailah dengan pertanyaan-pertanyaan ringan seperti “Berapa lama kamu ngajar di sini?”,Bagaimana teknik mengajar yang diajarkan di sini?”, dan jangan lupa tanyakan”Bagaimana situasi siswa dan orang tua di sekolah?”. Supaya apa sih? Setidaknya kita bisa mengambil pelajaran-pelajaran dari luar. Kalau teman pertamamu sudah merasakan keluh dan kesahnya mengajar di sekolah tersebut tentu itu menjadi point buat kamu, supaya kamu ga ngelakuin kesalahan yang sama seperti sebelumnya.
Kalau sudah mulai merasa nyambung dengan sekolah, maka lanjut ke tahap berikutnya.

4. Mulai ajak bicara semua pihak yang terlibat di dalam sekolah, mulai dari Pemimpin sampai dengan yang paling bawah misal, OB.
“tapi...... kalo ga pinter ngomong gimana?”
Ga usah khawatir, bicara tidak berarti kamu harus ahli menguasai percakapan. Buat yang masih punya perasaan dag...dig...dug... cukup lakukan hal simple “TERSENYUM sambil MENGANGGUKKAN KEPALA (satu kali)”. Itu udah jadi percakapan yang paling sopan buat orang baru. Maka dengan sendirinya orang lain akan bertanya dan memulai percakapan.
“kan enak, kita tinggal jawab aja. Ga perlu bingung kita ketemu mau nanya apa yaa...”

5. Terakhir. Jaga sikap, sopan dan patuh kepada Pemimpin. Kamu itu masuk ke lingkungan orang lain, maka kamu yang harus beradaptasi. Ikuti aturan yang memang sesuai dengan aturan standar. Kalau ternyata kok peraturan di sana bertolak belakang dengan hati nurani kamu, saran saya cuma satu “HIJRAH”.