reading book

reading book

Sabtu, 28 November 2015

Dek Mi



Anak kecil yang terlambat berjalan itu berlari kesana kemari bersama kambing peliharaanya di tengah rintik hujan. Ia berlari dengan penuh kekhawatiran sambil menarik tali tambang pengikat leher indukan dan tangan satu lagi digunakan untuk menggendong anak kambing yang masih menyusu. Dengan dipenuhi rasa iba ia terus berlari dan berteduh di tepi sudut suatu rumah yang pintunya tertutup rapat. Ya, tentu cuaca redup di siang hari itu membuat penghuni rumah enggan ke luar rumah, meskipun untuk sekedar menengok peternak kecil bersama beberapa ekor ternaknya. Lucu sekali anak itu, terus tersenyum memandang hewan ternaknya.
***
Dek Mi, begitu sebutan akrab bagi yang mengenalnya. Hidupnya bahagia meski kadang kala tersakiti oleh keluarganya. Namun bagi Dek Mi, itu bukanlah masalah besar. Di desa, ia begitu amat disayangi oleh tetangga dan sanak saudaranya. Jika terjadi sesuatu yang membuatnya menangis, tak jarang orang yang dengan senang hati menghibur kesedihannya.
“Dek Mi tinggal kalih simbok wae ten omahe  simbok  timbangane simbokmu nesu-nesu wae. Owalah melase cah cilik ayu koyo ngene ko nelongso men” ujar ibu paruh baya di desanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar