reading book

reading book

Selasa, 28 Juni 2016

STRATEGI PEMBERDAYAAN KELUARGA BAGI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK

S
ekolah dengan dukungan orang tua yang kuat pada program nilai, biasanya memiliki orang tua yang berfungsi dalam peran kepemimpinan. Strategi yang diasanya dilakukan dalam pemberdayaan pendidikan karakter oleh keluarga yang didukung oleh sekolah sering disebut 

Proyek Pengembangan Anak. Bagi setiap sekolah yang berpartisipasi terdapat kelompok orang tua yang merencanakan bagaimana keluarga dapat mengimplementasikan tujuan yang sama antara guru dan orang tua di ruang kelas. Dalam sebuah survei pada Proyek Pengembangan Anak di sekolah, kira-kira 50% orang tua mengatakan mereka melakukan perubahan yang positif dalam hidup berkeluarga sebagai hasil partisipasi mereka di kegiatan pameran sains keluarga. Namun sayangnya, ini merupakan pengamatan yang dianggap biasa bahwa menjadi orang tua merupakan pekerjaan terberat di dunia dan tidak ada pelatihannya.

Proyek Pengembangan Anak  menurut San Ramon mengatakan bahwa “Setiap dua sampai dengan tiga minggu , para guru mengirim ke rumah pekerjaan rumah keluarga melalui anak-anak seperti membacakan cerita pendek atau puisi secara bersamaan bersama keluarga”.
Salah satu pekerjaan rumah keluarga lainnya seperti mengurutkan empat aturan yang harus diikuti anak di rumah, kemudian di diskusikan dengan orang tua dan alasan di tiap aturan.
Tugas pertama seorang anak disekolah adalah untuk belajar dan dukungan paling mendasar yang dibutuhkan sekolah dari para orang tua adalah dukungan untuk pembelajaran tersebut. Keterlibatan orang tua dalam pembelajaran anak-anaknya merupakan sisi terdepan dari pembaharuan sekolah saat ini.

v  PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Dalam al-Quran ditemukan banyak sekali pokok-pokok keutamaan karakter atau akhlak yang dapat digunakan untuk membedakan perilaku seorang Muslim, seperti perintah berbuat kebaikan (ihsan) dan kebajikan (al-birr), menepati janji (al-wafa), sabar, jujur, takut pada Allah Swt., bersedekah di jalan Allah, berbuat adil, dan pemaaf (QS. al-Qashash [28]: 77; QS. al-Baqarah [2]: 177; QS. al-Muminun (23): 1–11; QS. al-Nur [24]: 37; QS. al-Furqan [25]: 35–37; QS. al-Fath [48]: 39; dan QS. Ali ‘Imran [3]: 134).
Ayat-ayat ini merupakan ketentuan yang mewajibkan pada setiap Muslim melaksanakan nilai karakter mulia dalam berbagai aktivitasnya

Secara singkat prinsip-prinsip akhlak atau karakter dalam rangka melakukan hubungan antar manusia (hablun minallah) dalam keluarga bisa dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu 1) berhubungan dengan orang tua, 2) berhubungan dengan orang yang lebih tua, 3) berhubungan dengan orang yang lebih muda, 4) berhubungan dengan teman sebaya, 5) berhubungan dengan lawan jenis.

  1. 1.      Karakter dengan orang tua

Al-Quran menggambarkan penderitaan orang tua yang sangat berat ketika melakukan pengasuhan terhadap anak-anaknya (QS. Luqman [31]: 14). Di antara bentuk penghormatan kepada orang tua adalah:
a) Memanggil orang tua dengan panggilan yang menunjukkan rasa hormat, seperti bapak, ayah, papa, dan lain sebagainya
b) Berbicara dengan orang tua dengan lemah lembut (baik bahasanya maupun suaranya)
c) tidak mengucapkan kata-kata kasar atau kata-kata lain yang menyakitkan hati orang tua
d) Membantu kedua orang tua secara fisik dan material
e) Selalu mendoakan kedua orang tua

  1. 2.      Karakter dengan orang yang lebih tua

Dalam rangka pembinaan hubungan baik (berkarakter) dengan orang yang lebih tua, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, di antaranya adalah: 1) Jika orang-orang yang lebih tua itu adalah saudara kita, maka kita harus memberikan penghormatan yang sebaik-baiknya menaati perintahnya (yang tidak melanggar ajaran agama), membantunya, menjenguknya jika sakit, dan sebagainya; 2) Jika orang-orang yang lebih tua itu bukan saudara kita, maka kita tetap harus menghormatinya.

  1. 3.      Karakter dengan orang yang lebih muda

Yang harus kita lakukan dalam rangka berhubungan dengan orang-orang yang lebih  muda adalah sebagai berikut:
1.  Jika mereka itu saudara kita, maka kita harus memberikan kasih sayang kita yang sepenuhnya dengan ikut merawatnya, membimbingnya, mendidiknya, dan membantunya jika mereka membutuhkan bantuan kita. Tentu saja apa yang kita lakukan ini dalam rangka membantu orang tua dalam mengasuh dan membesarkan mereka
2.     Jika mereka bukan saudara kita, kita tetap harus menyayangi mereka dengan menunjukkan kasih sayang kita kepada mereka. Jangan sekali-kali kita menyakiti mereka dan melakukan sesuatu yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan mereka, baik dari segi fisik maupun mental atau kejiwaan mereka.

  1. 4.      Karakter dengan teman sebaya

Teman sebaya adalah orang-orang yang memiliki usia yang hampir sama dengan usia kita dan menjadi teman atau sahabat kita. Kepada mereka ini kita harus dapat bergaul dengan sebaik-baiknya. Mereka ini adalah orang-orang yang sehari-harinya bergaul dengan kita dan menemani kita baik di kala suka maupun di kala duka.

Hal-hal yang dapat kita lakukan dalam rangka berhubungan dengan teman sebaya
di antaranya adalah:
1.   Saling memberi salam setiap bertemu dan berpisah dengan mereka dan dilanjutkan saling berjabat tangan, kecuali jika mereka itu lawan jenis kita. Kepada yang lain jenis tidak diperbolehkan berjabat tangan, kecuali terhadap mahram (orang yang merupakan kerabat dekat)-nya
2.  Saling menyambung tali silaturrahim dengan merekadengan mempererat persahabatan dengan mereka
3.  Saling memahami kelebihan dan kekurangan serta kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga segala macam bentuk kesalahfahaman dapat dihindari
4.    Saling tolong-menolong. Yang kuat menolong yang lemah dan yang memiliki kelebihan menolong yang memiliki kekurangan
5.      Bersikap rendah hati dan tidak boleh bersikap sombong kepada temanteman sebaya kita
6. Saling mengasihi dengan mereka, sehingga terhindar dari permusuhan yang dapat menghancurkan hubungan persahabatan di antara teman yang seumur
7.  Memberi perhatian terhadap keadaan mereka, apalagi jika mereka benar-benar berada dalam kondisi yang memprihatinkan
8.      Selalu membantu keperluan mereka, apalagi jika mereka meminta kita untuk membantu
9.      Ikut menjaga mereka dari gangguan orang lain
10.  Saling memberi nasihat dengan kebaikan dan kesabaran

  1. 5.      Karakter dengan lawan jenis

Karakter yang harus kita bangun dalam rangka berhubungan dengan orang-orang yang menjadi lawan jenis kita adalah: 1) Tidak melakukan khalwat, 2) Tidak boleh menampakkan aurat di hadapan lawan jenisnya dan juga tidak boleh saling melihat aurat satu sama lain

Untuk melengkapi uraian ini perlu dicermati nasihat-nasihat al-Ghazali dalam rangka pendidikan karakter anak. Al-Ghazali memberi nasihat dengan empat hal, yaitu:
  1. 1.    Hendaknya anak-anak dibiasakan dengan karakter yang terpuji dan perbuatan yang baik serta dijauhkan dari perbuatan yang buruk dan rendah. Hendaklah ditanamkan dalam diri anak-anak tersebut sifat-sifat pemberani, sabar, dan rendah hati, menghormati teman dan orang yang lebih tua, sedikit bicara, suka mendengarkan hal-hal yang baik, taat kepada kedua orang tua dan kepada guru serta pendidikannya. Di samping itu, hendaklah diajarkan pada anak-anak agar menjauhi perkataan yang tak berguna dan kotor, congkak terhadap teman-teman mereka, atau melakukan suatu perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh kedua orang tua.
  2. 2.   Hendaknya karakter baik dan perbuatan yang baik anak didorong untuk berkembang dan ia selalu dimotivasi untuk berani berbuat baik dan berkarakter mulia. Dalam hubungan ini al-Ghazali menegaskan, bila dalam diri anak itu nampak jelas karakter dan perbuatan terpuji, maka hendaklah ia dipuji dan diberi hadiah (rewards) yang menyenangkannya serta disanjung.
  3. 3.    Hendaknya jangan mencela anak dan hendaknya membuat jera berbuat kesalahan (dosa). Al-Ghazali menegaskan, jangan banyak berbicara terhadap anak dengan umpatan dan celaan pada sekali waktu, karena itu akan menyebabkan ia meremehkan bila mendengar celaan dan menganggap remeh perbuatan buruk yang dilakukannya serta menyebabkan hatinya kebal terhadap ucapan atau meremehkannya, akan tetapi hendaknya orang tua menjaga wibawanya dalam berbicara dengannya dan janganlah sekali-kali mengahardiknya.
  4. 4.     Kepada anak-anak yang sudah dewasa (baligh) hendaknya diajarkan hukum-hukum syariah dan masalah-masalah keagamaan. Jangan sekali-kali orang tua atau pendidik mentolelir anak meninggalkan shalat dan bersuci. Jika anak semakin dewasa, maka ia harus diberikan pendidikan tentang rahasia syariah atau hikmah dari ajaran-ajaran agama yang diberikan kepadanya

  
v  POTENSI KEBERHASILAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN HOLISTIK BERBASIS KAREKTER
Kihajar Dewantara (2004) menjelaskan arti penting keluarga dalam membantu perkembangan anak karena anak masih belum memiliki budi pekerti tertentu, belum memiliki jiwa yang tetap, dan masih bersifat global. Anak masih mudah menerima pengeruh dari linkungan yang akan membentuk dasar perkembangan mereka. Perkembangan anak secara utuh (holistik) mencakup dimensi sosial, emosional, bahasa dan kognitif, fisik serta kreatifitas. Shocib (1998) menjelaskan bahwa pola asuh dalam keluarga dua tugas pokok , yaitu mengembangkan karakter dan kompetensi anak. Pendidikan anak usia dini harus dilakukan secara holistik. Stimulasi yang diberikan oleh keluarga terhadap anak bertujuan mempercepat atau meningkatkan perkembangannya secara akuratberbentuk stimulasi auditif, visual, maupun taktil (Baumrind, 1996).

            Hasil penelitian menunjunjukan bahwa keluarga berpotensi mengembangkan karakter anak melaluiikatan emosi yang kuat antara orang tua dan anak, prinsip ornag tua yang menentukan apresiasi anak dalam nilai disiplin diri yang ditanamkan. Pada pihak lain ditemukan sebesar 80% keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh EQ (Emosional Quotient) dan hanya 20% ditentukan faktor lain termasuk IQ (Intellegence Quotient). Prinsip-prinsip pengasuhan tersebut meliputi: keteladanan diri, kebersamaan dengan anak dalam merealisasikan nilai moral, sikap demokratis dan terbuka dalam kehidupan keluarga, kemampuan menghayati kehidupan anak dan kesatuan kata dalam tindakan (Sugito, 2007). Tingkat intensitas penggunaan prinsip pengasuhan orangtua akan menghasilkan tingkat kepercayaan dan kewibawaan yang akan menghasilkan apresiasi nilai disiplin diri yang berbeda pula.
Deskripsi ini mengarahkan pada suatu hipotesis bahwa potensi keluarga dalam bentuk perilaku pengasuhan orangtua, memiliki pengaruh yang kuat terhadap intensitas perkembangan anak secara holistik berbasis karakter. Potensi keluarga terkendala oleh beberapa unsur antara lain:
1.      faktor sosial ekonomi
2.      faktor sosial budaya
3.      dalam pelaksanaan pendidikan keluarga melibatkan unsur lain dari keluarga inti dan keluarga batih, mereka ditunjuk keluarga untuk menggantikan posisi orang tua, misalnya pembantu rumah tangga, tetangga.
Pada pihak US Departement Health and Human Services (2001) menjelaskan ciri dari keberhasilan pengembangan karakter anak yang dipengaruhi oleh kematangan sosial emosi dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a.       memiliki rasa percaya diri (confidence)
b.      rasa ingin tahu (curiosity)
c.       kemampuan kontrol diri (self-control)
d.      kemampuan bekerja sama (cooperation)
e.       mudah bergaul dengan sesamanya
f.       mampu berkonsentrasi
g.      rasa empati
h.      kemampuan berkomunikasi

i.        memiliki motivasi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar