reading book

reading book

Selasa, 28 Juni 2016

Mengatasi Rasa Malu di Awal Mengajar

Ada yang tahu gimana rasanya jadi guru baru?
Guru adalah jembatan ilmu. JEMBATAN berarti harus siap diinjak dong ya....hehehe Bercanda kok...
Kalau menjalani tantangan baru, kita harus bisa fokus sama peluang (manfaat), BUKAN resiko dari tantangan tersebut. Ingat... Fokus kepada PELUANG.
Mungkin dari kalian ada yang sudah pernah mengalami rasanya jadi guru baru, atau masih ingat rasanya jadi guru baru, dan atau sekarang ini sedang mengalami jadi guru baru?
Bagaimana rasanya diinjak? Pasti sakit dong ya, dicaci maki sana sini karena modal pengalaman mengajar belum punya, kondisi diri yang masih belum bisa adaptasi dengan lingkungan, selalu punya rasa salah setiap melangkah padahal kita tahu yang kita lakukan sebetulnya sudah benar. Tapi entah kenapa rasanya merantau ke sekolah seperti dihantui bayangan hitam. Dingin dan kelam di sudut ruangan.
Tapi tahukan kamu, itu hanya karena kamu BAPER. Ibarat sedang perform sih kamu belum sepenuhnya menguasai panggung.

“yang nulis artikel kok sok tahu banget sih.....” (>,<)

Bukannya sok tahu teman, karena saya sendiri merasakan tahun pertama mengajar rasanya extream banget. Ketika pertama masuk ke dalam kelas, semua anak hening, si siswa hanya memandang ke depan, sedangkan guru di depan yang menyapa mereka abaikan. Tetap hening. Padahal lihatlah...
Berpuluh pasang mata di luar kelas sedang mengawasi, memperhatikan dan entah bertanya atau berkomentar.

“kok gurunya kaku banget sih”.

Berawal dari rasa percaya diri yang tinggi, berharap mendapat sambutan yang hangat dan bisa langsung menguasai kelas tapi ternyata semuanya nihil karena hanya terbalas dengan kedipan mata anak-anak tak berdosa.

“ini artikel banyak banget prolognya, tapi ga ngasih tau cara nanganinnya”
Nih saya share deh tips untuk mengatasi rasa BAPER di tahun pertama ngajar....
1.   1. Niat. Lho kok niat? Iya, karena niat adalah kunci penggerak hati yang akan menentukan kamu mau bertahan atau tidak. Kalau niatnya sekedar coba-coba sih, paling kena badai dikit langsung ikut terbang keluar angkasa.

2. Yakin. Kita bukan memberikan ilmu di sana, tapi YAKIN-i bahwa kita akan menemukan ilmu-ilmu baru sehingga nantinya pengalaman mengajar yang kita jalani bisa terasa manfaatnya.
Ingat... “PENGALAMAN ADALAH GURU TERBAIK”
Bukan seberapa dalam modal ilmu yang kamu bawa ke sana, tapi seberapa banyak ilmu yang akan kamu gondol ketika kamu keluar dari sana.

3. Duduk manis dan dengarkan. Ini tahap awal beradaptasi dengan teman. Tidak masalah diawal kamu terlihat seperti orang yang kikuk, ga asik, cengo’ atau istilah lainnya. Perlahan, amati gaya bahasa dan sikap mereka. Fokus, lihat mana yang mendekati dengan kepribadianmu maka dialah yang menjadi teman pertamamu.
Mulailah dengan pertanyaan-pertanyaan ringan seperti “Berapa lama kamu ngajar di sini?”,Bagaimana teknik mengajar yang diajarkan di sini?”, dan jangan lupa tanyakan”Bagaimana situasi siswa dan orang tua di sekolah?”. Supaya apa sih? Setidaknya kita bisa mengambil pelajaran-pelajaran dari luar. Kalau teman pertamamu sudah merasakan keluh dan kesahnya mengajar di sekolah tersebut tentu itu menjadi point buat kamu, supaya kamu ga ngelakuin kesalahan yang sama seperti sebelumnya.
Kalau sudah mulai merasa nyambung dengan sekolah, maka lanjut ke tahap berikutnya.

4. Mulai ajak bicara semua pihak yang terlibat di dalam sekolah, mulai dari Pemimpin sampai dengan yang paling bawah misal, OB.
“tapi...... kalo ga pinter ngomong gimana?”
Ga usah khawatir, bicara tidak berarti kamu harus ahli menguasai percakapan. Buat yang masih punya perasaan dag...dig...dug... cukup lakukan hal simple “TERSENYUM sambil MENGANGGUKKAN KEPALA (satu kali)”. Itu udah jadi percakapan yang paling sopan buat orang baru. Maka dengan sendirinya orang lain akan bertanya dan memulai percakapan.
“kan enak, kita tinggal jawab aja. Ga perlu bingung kita ketemu mau nanya apa yaa...”

5. Terakhir. Jaga sikap, sopan dan patuh kepada Pemimpin. Kamu itu masuk ke lingkungan orang lain, maka kamu yang harus beradaptasi. Ikuti aturan yang memang sesuai dengan aturan standar. Kalau ternyata kok peraturan di sana bertolak belakang dengan hati nurani kamu, saran saya cuma satu “HIJRAH”. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar