reading book

reading book

Selasa, 28 Juni 2016

STRATEGI MENDIDIK ANAK BERKARAKTER DI KELUARGA

A.   STRATEGI MENDIDIK ANAK BERKARAKTER DI KELUARGA

Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antar anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik seperti makan, minum dan lain-lain, serta kebutuhan psikologis  seperti rasa aman, kasih sayang dan lain-lain, serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya.
Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak-anak dalam rangka pendidikan karakter anak.
Jenis pola asuh menurut Hurlock juga Hardy dan Heyes terdiri dari 3 strategi diantaranya:

  • Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang cenderung memebatasi perilaku kasih sayang, sentuhan, dan pelekatan emosi orang tua dan anak sehingga antara orang tua dan anak seakan memiliki dinding pembatas. Keterkaitan antara faktor keluarga dan sikap kenakalan keluarga, dimana keluarga yang broken home kurangnya kebersamaan dan interaksi antar keluarga dan orang tua yang otoriter cenderung menghasilkan remaja yang bermasalah yang berpengaruh terhadap karakter anak. Pola asuh otoriter mempunyai ciri orang tua membuat semua keputusan, anak harus tunduk, patuh, dan tidak boleh bertanya. Adapun pola asuh otoriter mempunyai ciri lain diantaranya:
a)      Kekuasaan orangtua dominan
b)      Anak tidak diakui sebagai pribadi
c)      Control terhadap tingkah laku anak sangat ketat
d)     Orang tua menghukum anak jika anak tidak patuh
  • Pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis merupakan pola asu yang tampak lebih kondusif dalam pendidikan karakater anak. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Baumrind yang menunjukan bahwa orang tua yang demokratis lebih mendukung perkembangan anak terutama dalam kemandirian dan tanggung jawab serta mengungkapkan agresifitasnya dalam tindakan-tindakan yang konstruktif atau dalam bentuk kebencian yang sifatnya sementara saja.
Pola asuh demokratis mempunyai ciri orang tua mendorong anak untuk membicarakan apa yang ia inginkan. Adapun cirri-ciri lainnya dari Pola asuh demokratis diantaranya:
a)      Ada kerjasama antara orang tua dan anak
b)      Anak diakui sebagai pribadi
c)      Ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua
d)     Ada control dari orang tua yang tidak kaku
  • Pola asuh permisif

Pola asuh permisif merupakan pola asuh yang cenderung memberi kebebasan terhadap anak untuk berbuat apa saja, sangat tidak kondusif bagi pembentukan karakter anak. Dengan memberi kebebasan yang berlebihan, apalagi terkesan memebiarkan , akan membuat anak bingung dan berpotensi salah arah.
Pola asuh permesif mempunyai ciri orang tua memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat. Selanjutnya pola asuh permisif mempunyai ciri diantaranya:
a)      Dominasi pada anak
b)      Sikap longgar atau kebebasan dari orang tua
c)      Tidak ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua
d)     kontrol  dan perhatian dari orang tua sangat kurang

Hasil penelitain menunjukan bahwa pola asuh orang tua yang demokratis membuat anak merasa disayang, dilindungi , dianggap berharga, dan diberi dukungan oleh orang tuanya.pola asuh ini ssangat kondusif mendukung pembentukan kepribadian yang pro social, percaya diri, dan mandiri namun sangat peduli dengan lingkunngannya.

Adapun akibat dari kesalahan orang tua dalam mendidik anak diantaranya membuat pembentukan karakter anak sebagai berikut:
1.  kurang menunjukan ekspresi kasih sayang baik secara verbal misalnya menyindir, mengecilkan anak, dan berkata kasar.
2.  Bersikap kasar secara fisik misalkan memukul,mencubit, dan memberikan hukuman badan lainnya.
3.  Secara emosional tidak responsive, dimana anak yang ditolak akan tidak mampu memberikan cinta kepada orang lain
4.      Menjadi minder dan merasa diri tidak berharga dan berguna.
5.    Selalu berpandangan negative seperti tidak aman, khawatir, curiga dengan orang lain serta tidak tolerandan mudah tersinggung oleh orang lain.
6.  Dampak negative lainnya dapat berupa mogok belajar, dan bahkan dapat memicu kenakalan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar